Seminar Parenting & Workshop Guru SIT Al-Manar 2025

Seminar Parenting & Workshop Guru SIT Al-Manar 2025
Tema: “Mengasuh dengan Cinta, Menyembuhkan Luka, Menumbuhkan Bahagia”
SIT Al-Manar sukses menyelenggarakan Seminar Parenting & Workshop Guru 2025 dengan suasana hangat, reflektif, sekaligus penuh inspirasi. Mengusung tema “Mengasuh dengan Cinta, Menyembuhkan Luka, Menumbuhkan Bahagia”, kegiatan ini menghadirkan dua narasumber yang menguatkan perspektif sekolah dan keluarga: Ibu Rimaria Karim, S.KM., MM—pakar parenting nasional, praktisi parenting keluarga, sekaligus self-healing therapist—serta Bapak Muhammad Alamsyah, S.Pd., MM, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kotawaringin Barat, sebagai keynote speaker.
Mengasuh dengan Cinta: Pondasi yang Tak Tergantikan
Dalam paparan kuncinya, Bapak Muhammad Alamsyah menegaskan bahwa rumah adalah sekolah pertama bagi anak. Karena itu, orang tua perlu mengasuh dengan cinta, bukan kekerasan. Cinta di sini bukan berarti permisif, tetapi hadir sebagai ketegasan yang hangat: aturan jelas, komunikasi terbuka, dan konsekuensi yang mendidik. Beliau juga menekankan tiga pokok gagasan:
- Orang tua adalah role model. Anak meniru lebih cepat daripada sekadar mendengar nasihat. Kebiasaan baik—mulai dari disiplin waktu, literasi, hingga adab—semestinya tampak nyata dalam keseharian orang tua.
- Orang tua adalah madrasah bagi anak. Atmosfer rumah—cara menyapa, cara menyelesaikan konflik, cara berdoa—menjadi “kurikulum hidup” yang membentuk karakter.
- Tantangan parenting modern. Era gawai, arus informasi, dan media sosial memerlukan literasi digital, pengawasan yang bijak, serta kolaborasi erat antara sekolah dan keluarga.
Pesan tersebut menjadi pijakan kuat: tanpa teladan dan bahasa cinta di rumah, strategi pendidikan di sekolah akan kehilangan daya rekatnya.
Menyembuhkan Luka, Menumbuhkan Bahagia
Ibu Rimaria Karim mengajak hadirin menengok sisi yang sering terlupa: lukaluka pengasuhan—baik yang dialami orang tua di masa kecil maupun yang tanpa sadar diwariskan ke anak. Ia menawarkan pendekatan self-healing yang sederhana namun aplikatif:
- Sadar emosi: kenali pemicu marah, lelah, dan cemas sebelum meledak menjadi kata-kata yang melukai.
- Atur napas, atur jeda: jeda 10–30 detik dapat mengubah respons dari reaktif menjadi reflektif.
- Ubah narasi: ganti label “anak nakal” menjadi “anak yang sedang belajar.” Bahasa membentuk cara pandang; cara pandang membentuk perlakuan; perlakuan membentuk karakter.
- Ritual kecil kebahagiaan: pelukan pagi, doa bersama, family meeting mingguan, dan apresiasi spesifik (bukan sekadar “pintar”, melainkan “Terima kasih sudah merapikan buku tepat waktu”).
Menurut beliau, bahagia adalah kebiasaan yang dilatih, bukan kebetulan yang ditunggu. Ketika orang tua dan guru merawat batin, anak-anak akan tumbuh dalam rasa aman, lalu berani mencoba, gagal, dan bangkit lagi.
Seminar Parenting & Workshop Guru SIT Al-Manar 2025 bukan sekadar agenda tahunan. Ia adalah ikhtiar kolektif untuk memastikan setiap anak tumbuh dalam cinta yang menyehatkan, disiplin yang memerdekakan, dan lingkungan belajar yang membahagiakan. Terima kasih kepada Ibu Rimaria Karim, S.KM., MM atas wawasan mendalamnya, dan kepada Bapak Muhammad Alamsyah, S.Pd., MM atas pesan kebijakan yang membumi dan menguatkan.
Dengan langkah kecil yang konsisten—di rumah dan di sekolah—kita percaya: luka dapat disembuhkan, dan bahagia bisa ditumbuhkan.
Lebih dari sekadar seminar, kegiatan ini menjadi jembatan yang mempererat kolaborasi sekolah dan keluarga. Pesan yang dibawa jelas: pendidikan bukan hanya di kelas, melainkan juga di rumah.
Dari sini lahir komitmen bersama: jurnal komunikasi guru–orang tua, kelas parenting tematik, hingga proyek keluarga sederhana yang menumbuhkan rasa kebersamaan dan empati.
Seminar Parenting & Workshop Guru SIT Al-Manar 2025 membuktikan satu hal: bahwa pendidikan yang sejati berawal dari cinta. Dari cinta itu, luka bisa sembuh. Dari cinta itu pula, kebahagiaan bisa tumbuh.
✨ Dengan langkah kecil namun konsisten, SIT Al-Manar percaya: setiap anak berhak tumbuh dalam cinta, setiap luka bisa disembuhkan, dan setiap rumah bisa menjadi taman bahagia.
Dokumentasi Kegiatan








